BELAJAR MATEMATIKA JADIKAN ANAK DIDIK JUJUR DAN TERBUKA TERHADAP KRITIK

Dalam matematika banyak sekali teorema-teorema yang dibangun dari definisi yang disepakati sebelumnya. Seorang peserta didik yang belajar matematika dengan sendirinya akan terlatih untuk jujur menggunakan definisi atau teorema untuk membuktikan teorema selanjutnya. Proses pembuktian ini juga melatih keterbukaan menerima kritik dan saran dari orang lain sehingga mendapatkan bukti sahih dan dapat dipertanggung jawabkan.

Penggunaan definisi, lema maupun teorema akan melatih kekonsistenan peserta didik yang mempelajarinya. Ketidakkonsistenan akan menebabkan hasil akhir akan salah bahkan saling bertentangan.
Hal tersebut disampaikan dosen Matematika UNNES Semarang, S. B. Waluya dari  pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema Kontribusi Pendidikan Matematika dan Matematika Dalam Membangun Karakter Guru dan Siswa, Sabtu 10/11 di FMIPA UNY.

Dikatakan, peserta didik akan menjadi percaya diri dengan sendirinya jika dalam belajar dan memanfaatkan matematika dapat terfahamkan dengan sebaik-baiknya dan peserta didik dapat memahami dan masuk di akal peserta didik. Sebaliknya jika tidak dapat menguasai bisa menjadi frustasi/putus asa.

Lim Chap Sam dari Universiti Sains Malaysia menjelaskan, besarnya kontribusi pendidikan matematika dalam membentuk karakter  siswa  diletakkan sebagai dasar bagi Kementerian Pendidikan Singapura dan Malaysia dalam merumuskan kurikulum. Kurikulum pendidikan di SIngapuara sendiri menggariskan peran Matematika dalam dua poin besar, mengembangkan sikap positif anak, termasuk didalamnya arasa kepercayaan diri, menemukan cara belajar secara menyenangkan dan ketekunan serta menumbuhkan  daya nalar, rasa keingintahuan dan intelektual.

“Siswa yang memiliki keingintahuan besar memiliki cara pemikiran yang lebih kreatif dan inovatif. Sementara kreatif dan inovatif adalah karakter yang diperlukan untuk membangun bangsa di masa depan,” lanjutnya.

Sementara itu Jamilah Bondan WIjayanti dari FMIPA UNY, mengatakan, pembelajaran matematika yang memperhatikan sisi-sisi manusiawi siswa/mahasiswa, yang dikenal dengan nama Pembelajaran Matematika yang Humanis. Sisi yang dimaksud yaitu keterlibatan otak dan emosi dalam setiap kegiatan pembelajaran. Dengan melaksanakan pembelajaran yang humanis ditambah ketulusan hati dan kobaran semangat untuk bersedia terus untuk belajar, seorang guru/dosen akan berkontribusi nyata terhadap pembangunan karakter bangsa melalui pembangunan karakter dirinya dan karakter siswa/mahasiswa. (witono&dian)

Label Berita: